Jagung merupakan salah satu komoditi pangan di Indonesia, akan tetapi produktivitas jagung di Indonesia dari tahun ke tahun semakin menurun. Produktivitas jagung di seluruh Indonesia dari tahun 2009 hingga 2013 telah mengalami penurunan sebesar 2,04%. Penurunan ini salah satunya dampak dari penggunaan NPK yang terus menerus yaitu menurunkan kualitas tanah dan menjadikan tanah mengeras akibat akumulasi residu anorganik yang sulit didekomposisi secara alami. Akibatnya tanah tidak responsif untuk menerima unsur hara lagi. Sistem usaha tani yang mengabaikan kelestarian lahan merupakan penyebab utama degradasi unsur hara pada lahan pertanian.
Melalui kegiatan sekolah lapangan hasil kerja sama antara PPL Desa Rowosari Bapak Herman dari Dinas Pertanian Kota Semarang dengan CV. Dipon Indonesia diharapkan ada kesadaran akan pentingnya sistem usaha tani yang tetap memperhatikan kelestarian lahan pertanian. Salah satunya tentang pemupukan silika (Si) yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman jagung. Unsur hara N, P, dan K umumnya dikembalikan ke dalam tanah melalui pemupukan, namun unsur silika dan unsur mikro tidak dikembalikan ke dalam tanah. Oleh karena itu, lahan intensif tetap membutuhkan tambahan unsur hara silika sebagai kombinasi pemupukan tanaman jagung.
Pada kegiatan sekolah lapangan yang dilakukan pada bulan juni hingga september 2014 ini menunjukkan adanya peningkatan panen jagung dari 6,6 ton/Ha menjadi 7,7 ton/Ha. Hal ini menunjukkan bahwa Si berfungsi sebagai beneficial element yang melindungi tanaman dari kekeringan dan patogen tanpa merusak kualitas lahan serta menjadikan tanaman memiliki bentuk daun yang tegak (tidak terkulai), sehingga daun efektif menangkap radiasi sinar matahari dan efisien dalam penggunaan hara N yang menentukan tinggi dan rendahnya hasil tanaman jagung.