Beberapa bahan pokok yang masih diimpor Indonesia hingga sekarang salah satunya adalah kedelai. Besarnya impor dikarenakan masih tingginya kebutuhan untuk industri tempe dan tahu, sementara pasokan dari dalam negeri belum mencukupi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan oktober 2015, volume kedelai impor yang masuk ke Indonesia mencapai 142,7 ribu ton atau senilai US$ 63,7 juta (sekitar Rp 850 miliar). Hal ini juga diakui oleh Bapak Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah dalam acara “Pameran Produk Inovasi 2015, Inovasi Untuk Daya Saing Bangsa”, yang menyatakan bahwa produksi kedelai di Jawa Tengah belum mencukupi atau masih ada kekurangan.
Untuk meningkatkan produksi kedelai, dibutuhkan inovasi dalam budidaya kedelai. Salah satunya adalah penggunaan pupuk koloid silika (NanoSiL 99). Hasil panen kedelai yang disemprot dengan NanoSiL 99 di desa Sidorejo, Kecamatan Pulokulon mengalami peningkatan dari 0,6 ton/0,2 Ha menjadi 0,85 ton/0,2 Ha. Untuk lebih memaksimalkan hasil panennya, maka oleh Bapak Dr. Muhammad Dimyati, MSc selaku Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi berinisiatif mengkombinasikan NanoSiL 99 dengan benih kedelai unggulan hasil iradiasi BATAN yang akan dilakukan di daerah Boyolali.